Chating mahasiswa UINFAS yang KKN di Desa Air Latak, Kab. Seluma menyebar di media sosial, Foto: Dok

Indo Barat – Mahasiswa UIN Fatmawati Sukarno (UINFAS) Bengkulu yang kabur saat sedang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Air Latak, Kabupaten Seluma akhirnya buka suara.  Mereka yang tergabung dalam kelompok KKN 149 itu merespon pernyataan Kepala Desa Air Latak yang menyebut mereka kabur tanpa pamit. 

Salah seorang anggota kelompok berinisial RDA mengatakan, pada awalnya KKN berjalan dengan lancar dan diterima baik oleh masyarakat sekitar. Seiring waktu berjalan, ada beberapa oknum pemuda yang mulai mengusik yang membuat mereka tidak nyaman.

“Baru 3 hari di lokasi sudah ada yang gedor jam 3 malam, digedor terus paralon air kami dipatahkan gegara pemuda di sana sakit hati karena anggota kami yang perempuan sudah punya pacar. Terus motor kami diputuskan kabel-kabel hingga sampai curi pakaian dalam,” tulis RDA, Rabu, (10/07/2024) dikutip dari keterangan mereka yang sudah disebar di media sosial.

“Pemuda desa ini juga membawa tuak dan speaker masuk dalam ke sekretariat. Parahnya lagi kondisi pemuda saat itu ada yang sedang mabuk,” sambungnya.

Lebih lanjut diceritakan RDA, mereka kerap pula mendapat ancaman bahkan oknum pemuda setempat sering berkunjung hingga larut malam sambil membawa speaker dan miras sambil mengajak mahasiswa perempuan karokean. Selain diancam, mereka juga mendapatkan pelecehan seksual melalui chating.

“Anggota saya yang perempuan terus dipanggil dengan kata “Sayang” atau “Beb”, jadi mereka sangat ketakutan apalagi mereka datang dengan keadaan mabuk tuak. Pemuda desa ada menyampaikan untuk mengajak anggota perempuan untuk karaokean di malam minggu,” jelas RDA.

Sebenarnya kata RDA, mereka tidak pernah mempersoalkan pemuda setempat yang setiap malam berkunjung ke sekretariat KKN. Namun dibatasi jam malam terutama bagi mahasiswa perempuan.

“Setiap malam mereka (pemuda desa) berkunjung ke sekre kami, sebenarnya tidak masalah tapi untuk yang perempuan kami batasi sampai pukul 23.00 malam untuk menerima tamu. Nah dari sana mereka sudah mulai merasa jika kami tidak menghargai mereka,” lanjutnya.

Beberapa kejadian yang dialami kata RDA sempat dilaporkan ke imam masjid, tokoh masyarakat, tetangga, pemilik rumah (sekretariat) hingga ke kepala desa. Ia juga menyangkal kalau pergi tanpa pamit. Sebelum pergi, kunci sekretariat tempat mereka tinggal dikembalikan ke pemilik rumah

“Kami sebelumnya sudah menyampaikan masalah ini dengan kepala desa, namun hingga kami ditarik kembali oleh panitia untuk dievaluasi, kepala desa tidak ada memberikan jaminan yang pasti. Akhirnya 
kami tidak bisa melanjutkan kegiatan KKN di desa itu dengan aman” terang RDA.

Sebelumnya Kepala Desa Air Latak, Riswan membenarkan 11 orang mahasiswa UIN Fatmawati Bengkulu itu sedang melaksanakan kegiatan KKN di desanya namun secara tiba-tiba saja kelompok tersebut meninggalkan lokasi tanpa berpamitan.

“Memang benar ada sejumlah mahasiswa yang sedang menjalankan KKN tetapi sangat disayangkan belum genap 10 hari para mahasiswa itu sudah meninggalkan desa kami tanpa berpamitan dengan masyarakat,” kata Riswan, Selasa, (9/7/2024).

Alasannya kata Riswan, para mahasiswa tidak tahan karena kerap dikunjungi oleh para pemuda desa setempat. Situasi itu membuat para mahasiswa merasa tidak nyaman dan risih sehingga memilih untuk pergi meninggalkan desa.

“Sebelum sejumlah mahasiswa KKN itu pergi meninggalkan desa, salah seorang perwakilan dari mereka mengaku tidak nyaman karena sering dikunjungi tiap malam. Tetapi alangkah baiknya kalau ada keluhan itu dikordinasikan dulu sebelum mengambil keputusan langsung kabur,” ungkap Riswan.

Reporter: Deni Aliansyah Putra